5 Tren Teknologi Teratas yang Perlu Dipantau di Ekonomi Digital Indonesia 2025

CMU Tech DIvision

9/22/2025

Jakarta, 22 Sept 2025 - Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tumbuh menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai yang diperkirakan mencapai USD 130–146 miliar pada 2025. Pertumbuhan pesat ini didorong oleh penetrasi internet yang kian luas, adopsi ponsel yang merata, dan semakin banyaknya layanan digital yang digunakan masyarakat. Seiring bangsa ini mengejar Visi Indonesia Emas 2045, berbagai arus besar teknologi akan menentukan cara bisnis, pemerintah, dan masyarakat berinteraksi di masa depan. Lima tren berikut patut dicermati karena akan sangat memengaruhi lanskap digital Indonesia sepanjang 2025.

Kecerdasan buatan (AI) menjadi pendorong utama transformasi layanan. Indonesia sudah menetapkan Strategi Nasional AI 2020–2045 dengan prioritas sektor kesehatan, pendidikan, pertanian, dan mobilitas perkotaan. Fokus kini bergeser ke pengembangan model bahasa lokal, seperti yang dilakukan melalui inisiatif Sahabat-AI hasil kolaborasi Indosat dan GoTo. LLM (Large Language Model) yang mampu memahami Bahasa Indonesia dan beragam bahasa daerah ini akan membuka akses digital yang lebih inklusif dan menciptakan pengalaman pengguna yang lebih relevan dalam layanan publik, pendidikan, kesehatan, maupun pertanian. Namun, laju perkembangan ini menuntut kejelasan regulasi agar inovasi tetap seimbang dengan perlindungan privasi dan etika. Kebutuhan sumber daya komputasi—seperti GPU dan pusat data—serta ketersediaan talenta untuk mengembangkan dan memelihara model juga menjadi tantangan yang harus diantisipasi.

Di bidang keuangan, fintech dan inovasi pembayaran berkembang pesat berkat populasi yang besar dan tersebar, termasuk jutaan masyarakat yang belum terlayani perbankan. Penerapan QRIS, standar kode QR nasional, membuat transaksi real-time lintas merchant semakin mudah dan kini meluas ke daerah-daerah. Sementara itu, layanan Buy Now, Pay Later (BNPL) dan pinjaman online tumbuh cepat dan mendorong inklusi keuangan dengan memberikan akses kredit, tabungan, dan asuransi kepada masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau. Tahun 2025 menjadi titik penting ketika semakin banyak merchant pedesaan memanfaatkan metode pembayaran digital, sehingga biaya transaksi berkurang dan akses keuangan menjadi lebih luas. Tantangannya adalah memastikan keamanan transaksi, mencegah penipuan, serta menjaga keseimbangan antara inovasi dan pengawasan regulasi.

Kemajuan ekonomi digital tidak akan mungkin tercapai tanpa lompatan besar dalam infrastruktur dan konektivitas. Hingga awal 2025, Indonesia memiliki sekitar 212 juta pengguna internet dengan penetrasi sekitar 74,6 persen, dan sebagian besar koneksi seluler sudah mendukung broadband 4G, maupun 5G. Investasi besar juga terus mengalir ke pusat data dan infrastruktur cloud, baik dari pemain lokal maupun global—misalnya komitmen Microsoft untuk memperluas investasi AI dan cloud di Indonesia. Sejalan dengan itu, edge computing, yaitu pemrosesan data di dekat pengguna atau perangkat, kian penting bagi layanan yang menuntut latensi rendah seperti Internet of Things, real-time analytics, dan AR/VR. Peningkatan keandalan konektivitas, khususnya di daerah terpencil, akan memperluas akses digital dan memungkinkan layanan baru seperti telemedisin dan pendidikan jarak jauh. Meski demikian, biaya pembangunan infrastruktur—dari jaringan fiber hingga menara dan satelit—tetap tinggi, sementara pasokan listrik, faktor lingkungan, dan keterbatasan tenaga ahli menjadi pekerjaan rumah yang tidak ringan.

Seiring pondasi dasar seperti konektivitas dan pembayaran digital kian matang, fokus berikutnya adalah penerapan teknologi pada sektor-sektor vertikal yang memiliki dampak sosial dan ekonomi besar. Di bidang kesehatan, layanan telemedisin, diagnostik jarak jauh, pemanfaatan AI untuk deteksi penyakit, dan sistem rekam medis elektronik makin dibutuhkan, terutama pasca-pandemi. Dalam pendidikan, model pembelajaran jarak jauh dan hybrid mendorong peningkatan literasi digital dan memperluas akses ke pelatihan keterampilan. Sementara itu, sektor pertanian mulai memanfaatkan pertanian presisi, pelacakan rantai pasok, dan analitik prediktif untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan. Momentum 2025 sangat tepat untuk mendorong inovasi-inovasi ini karena literasi digital masyarakat meningkat, dukungan regulasi dan program percontohan pemerintah terus menguat, dan ekosistem startup lokal semakin matang. Tantangan utamanya adalah memastikan privasi data kesehatan, akreditasi pendidikan, dan ketersediaan konten yang sesuai bahasa dan budaya, sambil menjaga keterjangkauan layanan bagi masyarakat berpendapatan rendah.

Di tengah laju pertumbuhan pesat, keberlanjutan dan inklusi digital menjadi keharusan. Data center green dengan energi terbarukan dan pendinginan hemat energi mulai diupayakan untuk menekan dampak lingkungan. Solusi daya hibrid—menggabungkan energi surya, angin, dan penyimpanan—dibutuhkan untuk menjamin pasokan listrik jaringan, terutama di daerah terpencil. Selain itu, pengelolaan limbah elektronik dan model ekonomi sirkular kian penting seiring meningkatnya konsumsi perangkat digital. Upaya menutup kesenjangan digital, menyediakan layanan untuk penyandang disabilitas, dan mendukung keberagaman bahasa juga menjadi bagian dari agenda inklusi. Pemerintah memperketat standar lingkungan dan target emisi, sementara konsumen dan investor global semakin menuntut pemenuhan kriteria ESG. Namun, biaya awal teknologi hijau relatif tinggi dan infrastruktur energi terbarukan masih berkembang, sehingga pelaku industri perlu merencanakan investasi jangka panjang dengan cermat.

Untuk memanfaatkan peluang dari kelima tren tersebut, para pelaku bisnis, startup, dan lembaga pemerintah perlu menyiapkan langkah strategis. Investasi pada AI dan model bahasa lokal akan memastikan relevansi budaya dan keberagaman bahasa Indonesia. Keamanan siber dan kepatuhan regulasi harus diperkuat seiring meningkatnya skala transaksi digital dan pemrosesan data pribadi. Arsitektur hybrid cloud dan edge computing perlu diadopsi untuk mengoptimalkan latensi, biaya, dan ketahanan layanan. Fokus pada sektor dengan dampak sosial besar, seperti kesehatan, pendidikan, dan pertanian, membuka peluang kemitraan publik-swasta. Dan yang tak kalah penting, keberlanjutan dan inklusi harus menjadi fondasi setiap inisiatif, bukan sekadar pelengkap, demi membangun kepercayaan, menarik investasi, dan memastikan pertumbuhan jangka panjang.

Ekonomi digital Indonesia pada 2025 berada di titik krusial. Dengan penetrasi internet yang terus meluas, infrastruktur pembayaran dan fintech yang kian matang, serta adopsi AI yang semakin luas, peluang untuk menghadirkan inovasi yang relevan secara lokal, inklusif, dan berkelanjutan semakin besar. Pemenang di era ini bukan hanya mereka yang mampu menghadirkan teknologi mutakhir, tetapi juga yang menanamkan kepercayaan, memahami konteks budaya, menerapkan desain etis, dan memiliki visi jangka panjang. Bagi badan usaha, memantau dan merespons lima tren ini akan membantu memetakan arah pertumbuhan permintaan, menentukan kemitraan strategis, dan menempatkan investasi secara tepat untuk meraih keuntungan di tahun-tahun mendatang.

Ilustrasi : CMU Creative